Malam itu setelah saya mengakhiri makan malam di tempat Mas Kobis, saya segera mengambil dompet saya yang ketinggalan di Bilik EQ dan segera melanjutkan perjalanan ke rumah seorang teman. Sebenarnya malam itu kami berencana untuk survei kacamata mengingat kacamata saya patah menjadi dua bagian (yang belum tau silakan liat postingan saya tentang P. Sempu, lom ditulis ding T_T). Namun malam itu tak berlalu sebagaimana mestinya, dua toko kacamata yang ingin saya jamahi ternyata tutup padahal jam baru menunjukkan pukul 19.30-an. Apa daya akhirnya kami memutuskan untuk luntang-luntung ga jelas alias nyampah. Akhirnya tanpa disadari, kami sudah sampai di Alun-Alun Utara dan Wow kami melihat sebuah pemandangan yang tak lazim.
*****
Kami segera memarkir motor di depan Jogja Gallery dan lari menuju ke kerumunan makhluk-makhluk di Alun-Alun, Sek-sek, apa tha sebenarnya yang membuat kami ingin melihat 'sesuatu' di kerumunan itu? Sebenarnya tadi saat sedang mengendarai motor kami melihat ada sebuah traktor yang sedang mengeruk tanah dan memasukkannya ke dalam truk. Sebenarnya itu pemandangan yang biasa kan? Yang menjadikannya ngga biasa yaitu banyak orang-orang yang mengerumuninya dan ada garis seperti police line yang mengelilinginya. Kami berpikiri kalo di Yogya sedang kedatangan Master Limbad dan melakukan aksi sulap dengan ditimbun tanah.
Satu menit berlalu dan diikuti menit-menit berikutnya dan saya mulai berpikir, "Lha koq ngga ada kelanjutannya cuma gitu-gitu aja?". Saya pun mulai agak bosan melihat pemandangan yang monoton, sebuah traktor yang masukin tanah ke dalam truk bak terbuka dan ada seorang boncel yang naek gokart muter-muter lokasi tersebut dengan dibumbui musik-musik aneh yang terdengan dari pengeras suara. Saya masih berpikir kalo itu sulapan tapi teman saya berubah pikiran, dia bilang kalo itu drama teater tapi ngga tau ceritanya tentang apa.
Tiba-tiba traktor tersebut menghentikan aktivitasnya dan bergerak mendekat ke arah penonton dan menggerak-gerakkan kerukannya dengan cepat sambil memutar-mutar badannya dengan sangat cepat. Makin bingung saya dibuatnya, ini acara apa tha? ato jangan-jangan freestyle pake traktor --' saya juga baru sadar kalo traktor itu di di kendarai dua orang: satu orang supir dan satu orang simbah-simbah yang duduk di belakang supir. Simbah inilah yang mengarahkan si supir untuk menggerakkan traktornya ke sana kemari.
Traktor itu terus bergerak ke tiap sudut police line dan menari dengan gagahnya. Sesekali dia mengarahkan pengeruk ke hadapan para photographer yang berada dilapangan dan sukses membuat para photographer itu mundur. Akhirnya traktor tersebut berhenti, tapi kami di buat terkesima dengan gerakan selanjutnya. Kya, dia menyangga bagian depan dengan pengeruknya sehingga roda bagian depan terangkat dari tanah (sulit dibayangkan bukan). Setelah gerakan tersebut selesai, terdengar tepuk tangan meriah dari para penonton dan juga terdengan suara dari MC, " Ya itulah tadi telah kita saksikan tarian Traktor yang dibuat Heri-Donology. Oalah agos-agos, ternyata tarian traktor namanya --' Dan ternyata acara tersebut merupakan bagian dari pembukaan Pameran Tunggal Heri Dono "Heri-Donology" di Jogja Gallery.
Satu menit berlalu dan diikuti menit-menit berikutnya dan saya mulai berpikir, "Lha koq ngga ada kelanjutannya cuma gitu-gitu aja?". Saya pun mulai agak bosan melihat pemandangan yang monoton, sebuah traktor yang masukin tanah ke dalam truk bak terbuka dan ada seorang boncel yang naek gokart muter-muter lokasi tersebut dengan dibumbui musik-musik aneh yang terdengan dari pengeras suara. Saya masih berpikir kalo itu sulapan tapi teman saya berubah pikiran, dia bilang kalo itu drama teater tapi ngga tau ceritanya tentang apa.
Tiba-tiba traktor tersebut menghentikan aktivitasnya dan bergerak mendekat ke arah penonton dan menggerak-gerakkan kerukannya dengan cepat sambil memutar-mutar badannya dengan sangat cepat. Makin bingung saya dibuatnya, ini acara apa tha? ato jangan-jangan freestyle pake traktor --' saya juga baru sadar kalo traktor itu di di kendarai dua orang: satu orang supir dan satu orang simbah-simbah yang duduk di belakang supir. Simbah inilah yang mengarahkan si supir untuk menggerakkan traktornya ke sana kemari.
Traktor itu terus bergerak ke tiap sudut police line dan menari dengan gagahnya. Sesekali dia mengarahkan pengeruk ke hadapan para photographer yang berada dilapangan dan sukses membuat para photographer itu mundur. Akhirnya traktor tersebut berhenti, tapi kami di buat terkesima dengan gerakan selanjutnya. Kya, dia menyangga bagian depan dengan pengeruknya sehingga roda bagian depan terangkat dari tanah (sulit dibayangkan bukan). Setelah gerakan tersebut selesai, terdengar tepuk tangan meriah dari para penonton dan juga terdengan suara dari MC, " Ya itulah tadi telah kita saksikan tarian Traktor yang dibuat Heri-Donology. Oalah agos-agos, ternyata tarian traktor namanya --' Dan ternyata acara tersebut merupakan bagian dari pembukaan Pameran Tunggal Heri Dono "Heri-Donology" di Jogja Gallery.
*****
Setelah menonton acara itu saya agak menyesal karena saat itu saya tidak memegang sebuah kamera. Sungguh saya telah melewatkan sebuah momen yang berharga untuk dilewatkan walau saya telah melihatnya secara langsung. Argggh... saya semakin pengen beli kamera walau itu kamera pocket, sekadar untuk mengabadikan momen. Maaf mungkin banyak yang bingung seperti apa sih gerakan-gerakan traktornya. Sebenarnya itu bukan traktor, saya baru ingat kalo namanya "Eskavator", bentuknya seperti Decepticon yang ada di film Transformer ^^